Suatu hari, hiduplah seorang sepasang suami istri yang kaya raya. Meskipun kaya, mereka tidak sombong. Mereka dikaruniai dua orang putri yang cantik jelita. Sifat mereka sangat bertolak belakang. Anak pertama mereka sifatnya sombong dan angkuh, namanya Tania. Anak kedua mereka bernama Fani, sifatnya baik dan ramah. Karena sifatnya, Fani lebih disayang dan diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya. Karena itu, Tania menjadi iri kepada Fani.
Ketika orangtua mereka pergi bekerja, Tania selalu mengejek dan menyuruh Fani mengerjakan semua pekerjaan di rumah itu. Saat orangtua mereka pulang,Fani mengatakan Tania yang mengerjakan semua pekerjaan rumah itu. Fani melakukan itu karena dipaksa dan diancam Tania. Saat Tania ulang tahun, ulang tahunnya tidak dirayakan. Ia juga hanya diberi hadiah sebuah pulpen dan sebuah pensil. Sedangkan ketika Fani berulang tahun, ulang tahunnya dirayakan dengan meriah. Fani juga mendapat banyak hadiah mahal dan bagus. Orangtuanya melakukan ini agar Tania dapat berubah sikap menjadi lebih baik lagi.
Hal ini membuat Tania semakin iri sama Fani. Karena kecemburuannya itu, Tania sering mendoakan Fani cepat meninggal. Sifat Tana pun berubah menjadi lebih angkuh terhadap Fani. Meskipun begitu, Fani tetap menyayangi dan berbuat baik kepada kakaknya. Fani melakukan itu dengan ikhlas dan ia tidak pernah marah atau dendam pada Tania.
Kebaikan Fani membuat hati Tania luluh dan Tania pun berubah sikap. Tania sudah menyadari semua kesalahannya. Setiap hari, Fani dan Tania selalu bersama. Mereka pun menjadi akur. Orangtua mereka sangat bangga kepada mereka berdua.
Suatu hari, Tania mengajak Fani pergi ke taman kota untuk bermain. Sesampainya di taman, mereka langsung asyik bermain. Karena asyiknya, Fani dan Tania kehausan. Atas izin Tania, Fani pun pergi membeli air minum di seberang jalan. Saat Fani hendak menyebrang, dari arah kanan muncul mobil sedan yang langsung menabrak Fani. Tania yang melihat kejadian itu langsung berteriak minta tolong. Fani pun dibawa ke rumah sakit.
Tania dan orangtua mereka menunggu di luar ruanagan ICU dengan cemas. Saat dokter keluar ruangan, dokter mengatakan bahwa nyawa Fani tidak terselamatkan lagi. Orangtua mereka langsung menangis histeris dan Tania pingsan. Setelah Tania siuman, ia menangis histeris atas kematian saudaranya, sekalian menangis meratapi nasibnya. Dalam hati ia berkata, umur seseorang hanya bisa ditentukan oleh Tuhan. Ia juga menyesal selama ini telah mendoakan dan menyumpahi Fani agar Fani cepat meninggal. Ia juga menyesal telah berbuat jahat pada Fani. Tetapi… penyesalan selalu datang terlambat.
0 komentar:
Posting Komentar